Sumber daya alam (SDA) adalah segala sesuatu yang tersedia di alam dan dapat diambil dan dikelola oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Di Indonesia, sumber daya alam sudah mulai diperdagangkan sejak sebelum 1511, yaitu antara Demak dan Malaka. Akan tetapi, perdagangan SDA mengalami penghambatan saat Pieter Both dan 16 anggota VOC lainnya datang ke Indonesia untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah dan melarang Indonesia untuk melakukan perdagangan luar negeri. Hal ini terjadi karena Indonesia saat itu memiliki sumber daya rempah-rempah yang sangat melimpah.
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya alam. Akan tetapi, pengolahan sumber daya alam di Indonesia masih jauh dari efektif. Hal ini disebabkan oleh kurangnya infrastruktur yang memadai, kurangnya sumber daya manusia yang terampil, dan kurangnya adopsi teknologi yang modern. Dalam masa revolusi industri 4.0 ini, teknologi berkembang sangat pesat dan mempengaruhi di segala sektor. Teknologi ini memungkinkan Indonesia untuk semakin mengembangkan penemuan dan pengolahan sumber daya alamnya yang melimpah. Menurut Profesor Emil Salim, seorang ekonom, Indonesia masih kurang dalam menerapkan teknologi bagi pengolahan sumber daya alamnya, sedangkan teknologi merupakan kunci untuk memanfaatkan sumber daya alam secara efektif dan juga dapat mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan sekitar. Maka dari itu, sangat penting bagi Indonesia untuk mengembangkan teknologi yang digunakan bagi pengolahan sumber daya alam.
Banyak hal yang dapat menjadi indikator bahwa penggunaan teknologi di Indonesia memiliki dampak yang baik. Salah satu indikatornya adalah pada penggunaan drone, satelit luar angkasa, dan peralatan geospasial untuk melacak lokasi sumber daya alam potensial menggunakan cara yang lebih akurat, dan juga meminimalisir dampak perusakan lingkungan. Teknologi juga banyak dikembangkan dalam bentuk yang memiliki fungsi utama untuk menjaga lingkungan agar tidak rusak. Contoh dari teknologi tersebut seperti : automasi mesin yang ramah lingkungan, dan penciptaan teknologi daur ulang. Teknologi juga sangat membantu dalam sektor distribusi di Indonesia. Teknologi memungkinkan terjadinya digitalisasi distribusi dalam bentuk Internet of Things (IOT) dan big data yang memungkinkan distribusi barang dan jasa hasil dari sumber daya alam berjalan dengan lebih lancar dan dengan tempo yang lebih singkat. Selain itu, terdapat juga banyak sumber energi lainnya yang dapat digunakan dan diolah oleh manusia Indonesia karena adanya teknologi. Sumber daya alam tersebut berupa sumber daya alam terbarukan yang jumlahnya tidak akan pernah habis di bumi ini karena tidak akan hilang ketika kita menggunakannya. Sumber energi potensial seperti surya, angin, air, dan biomassa dapat kita olah karena adanya teknologi seperti: pembangkit listrik tenaga air, pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga angin, dan lain-lain.
Dampak kemajuan teknologi di Indonesia bisa kita lihat di dalam banyak bidang kehidupan. Contoh kasus penggunaan teknologi di Indonesia untuk pengolahan sumber daya alam adalah pada PT Freeport Indonesia. Pada proyek PT Freeport Indonesia, banyak digunakan teknologi-teknologi canggih seperti drone yang sangat membantu meningkatkan efektivitas, sehingga hasil sumber daya alam lebih memuaskan, selain itu juga mengurangi dampak kerusakan alam yang ditimbulkan. Bagi para nelayan, aplikasi seperti E-Fishery sangat membantu untuk mengambil sumber daya dalam berupa ikan. Aplikasi E-Fishery membantu nelayan untuk menentukan lokasi dan waktu yang lebih akurat untuk penangkapan ikan, sehingga hasilnya lebih memuaskan dan tidak membuang-buang waktu. Pemerintah juga telah menggunakan satelit luar angkasa untuk hutan-hutan di Indonesia, dengan sistem bernama Sistem Pemantauan hutan Indonesia. Dengan sistem ini, pemerintah dapat memantau deforestasi dan kebakaran hutan yang terjadi tanpa harus berada di lokasi. Teknologi ini juga sudah tersebar ke seluruh pelosok Indonesia. Di NTT misalnya, NTT terkenal sebagai salah satu daerah di Indonesia yang pembangunannya tertinggal. Namun, karena adanya teknologi dibuatlah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di NTT.
Melihat dampak-dampak tersebut, kita sebagai warga Indonesia sudah semestinya tidak tinggal diam dan hanya menonton. Sebagai individu, kita bisa berkontribusi untuk membantu mengembangkan teknologi di Indonesia dengan terus berjuang untuk belajar sehingga nanti kita akan bisa semakin berkontribusi untuk pengembangan teknologi di negara Indonesia dengan pengetahuan yang kita miliki. Sebagai warga masyarakat, kita dapat berkontribusi dengan mensosialisasikan pentingnya perkembangan teknologi agar warga masyarakat lainnya turut termotivasi untuk ikut berkontribusi dalam perkembangan teknologi. Sebagai bagian dari negara, kita bisa turut membayar pajak agar negara memiliki modal untuk mengembangkan teknologi yang akhir-akhirnya berguna bagi kita juga.
Melihat semua dampak positif tersebut, tentu juga ada dampak negatif yang mensertainya. Dampak negatif seperti teknologi media sosial yang mengeksplotasi anak kecil, mengenalkan dunia terlalu cepat untuk anak kecil sehingga mereka dapat mengetahui informasi yang tidak seharusnya. Untuk mengatasi hal tersebut, kita bisa menerapkan sistem parenting control supaya anak kecil tidak terkontaminasi oleh informasi-informasi yang belum seharusnya mereka ketahui. Oleh karena itu, marilah kita sebagai warga negara Indonesia yang baik turut membentuk generasi berikutnya dengan cara tidak mengenalkannya kepada teknologi media sosial terlalu cepat.
No Responses