Kritik Film Inside Out 2 (2024)

Clara Graciella /12 & Nathania Husea / 30

Film Inside Out 2 adalah kelanjutan dari film Inside Out yang dirilis pada tahun 2015. Sebagai salah satu karya Pixar yang paling terkenal, film Inside Out 1 berhasil memukau penonton dengan cara yang unik dalam menggambarkan emosi-emosi dalam diri manusia. Pada film Inside Out 2, cerita ini berfokus pada Riley yang sudah remaja. Harapannya, film ini dapat menyampaikan pesan yang lebih relevan untuk remaja sekaligus mempertahankan kualitas cerita dan emosinya. 

Film Inside Out 2 membawa penonton kembali ke dunia emosi di dalam diri tokoh utama, Riley. Kali ini, Riley dihadapkan dengan tantangan baru sebagai seorang remaja. Selain emosi yang sudah ada sejak film pertama diluncurkan seperti Joy, Sadness, Anger, Disgust, dan Fear, muncul beberapa emosi baru seperti rasa bersalah dan kecemburuan. Melalui konflik ini, dapat terlihat bahwa alur dalam film ini mencoba menggambarkan bagaimana perubahan emosi dapat mempengaruhi cara seseorang berpikir dan mengambil keputusan.

Meski ide cerita terlihat menarik, alur film Inside Out 2 terasa kurang mendalam dibandingkan film pertamanya. Salah satu masalah utamanya adalah banyaknya konflik yang ingin ditampilkan. Film ini mencoba membahas beberapa konflik seperti perubahan emosional Riley, tekanan sosial, dan hubungan keluarga sekaligus. Akibatnya, semua tema ini tidak ditampilkan secara detail dan tidak ada yang benar-benar menonjol.

Selain itu, pengenalan emosi baru seperti kecemburuan dan rasa bersalah tidak terasa begitu kuat. Karakterisasi mereka kurang disorot dalam adegan-adegan film ini, sehingga tidak terlalu meninggalkan kesan seperti Joy atau Sadness di film pertama. Hal ini membuat dinamika antar emosi kurang menarik untuk diikuti.

Satu hal yang tetap menjadi kekuatan Inside Out 2 adalah visualnya. Dunia di dalam kepala Riley masih digambarkan dengan cara yang kreatif, penuh warna, dan detail. Desain dunia imajinasi yang menggambarkan pikiran Riley selalu berhasil memukau penonton, terutama anak-anak.

Dari segi cerita film ini terasa terlalu datar dan ringan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pesan moral yang disampaikan tergolong positif, terutama tentang pentingnya menerima perasaan yang kompleks. Tetapi, film ini tidak memberikan momen emosional yang mendalam seperti hubungan Joy dan Sadness di film pertama.

Selain itu, humor dalam film ini cukup menghibur penonton, tetapi banyak adegan yang terasa seperti pengulangan dari film sebelumnya. Bagi penonton yang sudah menyaksikan Inside Out pertama, ini mungkin terasa mirip dan tidak sesuatu yang baru.

Inside Out 2 tetap menjadi tontonan yang menyenangkan untuk keluarga, terutama karena visualnya yang menarik. Namun, dibandingkan film pertama, sekuel ini terasa kurang emosional dan tidak sekuat film pertama dari segi cerita. Emosi baru yang diperkenalkan tidak terlalu meninggalkan kesan, sehingga film ini kurang mampu menyamai daya tarik film sebelumnya.

Agar menjadi film yang lebih maksimal, film ini seharusnya lebih berfokus pada satu atau dua tema besar saja, seperti perubahan emosi Riley atau konflik dalam hubungan keluarganya. Dengan begitu, ceritanya dapat lebih mendalam dan menyentuh perasaan. Selain itu, karakterisasi emosi baru perlu lebih diperkuat agar penonton merasa lebih tertarik dan berkesan dengan sesuatu yang baru dalam film tersebut.

Secara keseluruhan, Inside Out 2 adalah film yang menyenangkan untuk ditonton, terutama karena animasinya yang sangat kreatif. Namun, sebagai sekuel, film ini kurang berhasil menyamai kekuatan emosional dan cerita dari film pertama. Meski begitu, film ini tetap memberikan pesan penting tentang pentingnya menerima dan memahami emosi di masa remaja.

TAGS

No Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *