Indonesia menjadi lebih rentan terhadap imbas krisis perekonomian dan moneter yang terjadi di suatu negata atau kawasan

Di zaman sekarang perkembanba tekonologi iptek sudah meraja lela, bahkan sampai dibicarakn tentang Industri 4.0. Perkembangan yang begitu cepat ini juga dirasakan oleh Indonesia. Banyak sekali dampak-dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia namun ternyata, perkembangan iptek ini membawa kerugian jika tidak disaring dengan benar. Dampak negatif ini berdasarkan pada pemusatan ekonomi atau fintech dan juga cepatnya penggunaan e-commerce.

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kemajuan iptek ini harus diterima oleh masyarakat Indonesia. Sistem keuangan yang dipusatkan di satu sistem menjadi hal lumrah. Contohnya, seperti Bank Indonesia atau BI. Meskipun belum ada indikasi yang kurang bagus, namun pemusatan sistem ekonomi atau integrated system ini bisa menjadi kehancuran dalam moneter negara Indonesia. Hal ini dapat disebabkan ketika penurunan mata uang ataupun ada masalah sistem internal yang dapat merusak tatanan keuangan Indonesia.

Hal berikut yang harus diperhatikan adalah masuknya e-commerce luar yang begitu cepat dan terbuka. E-commerce asing ini memaksa masyarakat Indonesia untuk membayar dengan mata uang mereka yang dapat menyebabkan volidititas kita. Selain itu, penggunaan e-commerce asing juga menjadi faktor utama ketergantungan masyarakat Indonesia dalam menggunakan barang buatan asing yang dapat menyebabkan penurunan nilai mata uang kita dan ketergantungan yang tidak bisa dihilangkan.

Kasus besar yang terjadi di Asia pada 1997-1997 yakni krisis keuangan di Thailand, dimana mata uang Baht menurun drastis yang juga berimbas pada Indonesia. Tidak hanya itu, pasokan makanan di Indonesia menjadi susah bahkan sampai menimbulkan kekacauan dan demo besar besaran yang menyebabkan Indonesia terpecah belah hanya karena ketegantungan ini

Menjadi masyarakat Indonesia tentu kita tidak boleh dian saja terhadap kemajuan iptek ini yang dapat memecah belah Indonesia seperti pada tahun 98 itu. Tentu kita harus menemukan solusi yang dapat setidaknya mengurangi bahkan meniadakan perpecahan itu. Salah satu hal yang kita bisa buat adalah lebih banyak menggunakan produk dalam negeri. Meskipun kelihatannya sepele namun menggunakan produk dalam negeri bisa membantu Indonesia menjadi lebih maju karena akan menciptakan inovasi-inovasi yang dihargai. Tidak hanya itu, pemerintah harus mengubah bagian dalam mengolah kemajuan iptek ini. Membangun sistem ekonomi yang terdifrensiasikan akan jauh lebih aman karena jika satu jatuh maka masih ada cadangab yabg dapat digunakan untuk menunjang sistem yang lain. Pemerintah juga harus mengurangi penggunaan barang dari luar seperti vaksin covid-19 yang pada saat itu menimbulkan krisis baik di bidang kesehatan, ekonomi, dan juga politik. Penggunaan barang luar ini selalu memberikan ketergantungan yang juka impornya di stop maka akan menimbulkan gejolak yang cukup besar

Indonesia haruslah menjadi negara yang lebih mandiri, yang dapat menginovasi teknologi-teknologi iptek sendiri. Pada saat ini, menjadi pembaharu bukanlah hal yang mudah bahkan banyak saingan. Sebagai generasi muda kita dapat menyaring kembali dari apa yang sudah diberikan oleh kemajuan iptek ini. Jangan sampai kerentanan kita terulang kembali seperti pada kerusuhan 1998.

Perkembangan iptek merupakan pisau bermata dua, di satu sisi membawah perubahan-perubahan yang positif bahkan mensejahterakan, namun di lain sisi menjadi senjata untuk kehancuran Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Menghilangkan ketergantungan kita terhadap produk-produk luar negeri seperti Cina bukanlah hal yang mudah, namun tidak mustahil. Perlahan-lahan kita dapat mengurangi penggunaan-penggunaan sistem sistem digital, teknologi, produk, bahkan barang kesehatan dari luar negeri dengan melakukan inovasi-inovasi baru yang harus dihargai dan didukung oleh pemerintah. Oleh karena itu, marilah kita semua menjaga integritas serta kesatuan dan persatuan negara kita ini, Indonesia.

TAGS

No Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *