Tema: Sifat konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat akan juga melahirkan generasi bangsa yang secara moral mengalami kemerosotan: konsumtif, boros, dan memiliki jalan pintas yang bermental instant.
Generasi Konsumtif Menggerogoti Masa Depan
Kompetisi yang ketat pada masyarakat secara tidak langsung melahirkan budaya konsumtif yang bersifat destruktif bagi individu dan masyarakat. Konsumtif adalah sifat gemar menghamburkan uang untuk sesuatu tetapi tidak dipikir panjang terlebih dahulu. Kompetisi ini juga mengakibatkan tiap individu mendapat tuntutan untuk terlihat sukses dan tampil berbeda dari lainnya. Hal ini kerap kali terjadi pada generasi muda bangsa, sehingga mereka berpotensi untuk mengalami kemerosotan, baik secara moral maupun secara sosial.
Ada banyak hal yang bisa menjadi indikator hal ini. Pada generasi muda, khususnya pada pelajar, saya merasa semakin hari, para siswa semakin rendah toleransinya terhadap proses belajar. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa banyak juga guru yang terlalu berorientasi pada nilai, mungkin hal ini juga menjadi salah satu faktor tersebut. Rendahnya literasi juga menjadi indikasi bahwa kebanyakan generasi muda sekarang hanya mau mencari mudahnya saja. Mereka datang dengan mindset “Kalau orang lain bisa, kenapa harus saya?”. Tidak sedikit orang yang menjadikan slogan ini menjadi pegangan, karena menurut mereka dengan begini pekerjaan menjadi lebih cepat selesai dan efektif. Padahal, mencari jalan pintas pun bisa disertai dengan inovasi-inovasi kreatif yang mendukung pekerjaan kita.
Haus akan validasi pada generasi muda zaman sekarang juga sangat terlihat pada media-media sosial. Dengan mudahnya menyebar informasi pribadi, media sosial menjadi ajang unjuk gengsi satu dengan yang lain. FOMO atau Fear of Missing Out menjadi salah satu faktor terbesar mengapa generasi muda zaman sekarang sangat mudah untuk menghamburkan uang dan melestarikan budaya konsumtif.
Kasus yang sedang merajalela saat ini adalah maraknya pinjol atau pinjaman online. Sudah tidak terhitung berapa banyak hidup yang rusak kualitasnya akibat terjerat pinjol, entah karena hanya untuk bersenang-senang, atau memang terpaksa karena situasi. Sama halnya dengan investasi-investasi bodong yang bertebaran di internet, orang dengan begitu mudahnya percaya dan memberikan aset miliknya, dengan harapan akan kembali berkali lipat tanpa usaha berarti. Hal ini membuktikan bahwa masih banyak orang yang mempunya mental instan. Semuanya ingin diselesaikan secara instan. Di sisi lain, ada istilah fast fashion dalam dunia kosmetik. Perusahaan berlomba-lomba untuk menciptakan produk baru, supaya masyarakat membelinya dengan alasan “yang ini belum punya” atau “kapan lagi merek ini mengeluarkan produk ini”. Biasanya hal ini disertai dengan alasan self reward. Padahal sebenarnya mereka hanya mau membeli gengsi dan bukan barangnya.
Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda yang terpelajar, ada baiknya untuk kita berpikir dua kali sebelum melakukan sesuatu. Jangan hanya karena gengsi, kita bisa dipengaruhi oleh media-media yang ingin menggunakan gengsi kita. Pelajarilah literasi keuangan sejak dini, supaya kita bisa bertanggung jawab atau uang sendiri. Hargai dan maknai perjalanan proses, karena proses sangatlah mahal harganya. Latih otakmu untuk berpikir kreatif, supaya mental instant tadi tidak hanya berdampak negatif, namun mendatangkan inovasi-inovasi yang hanya terpikirkan oleh kita.
Ada baiknya jika sekolah mengajarkan dan mengimplementasikan pendidikan karakter sejak dini, supaya para generasi muda mempunyai prinsip dan pegangan yang kuat. Lingkungan yang sehat dan positif juga ikut andil dalam perkembangan karakter anak. Ajari mereka untuk aware dengan situasi keuangan pribadi. Konsekuensi-konsekuensi yang harus ditanggung. Karena sebenarnya ketika kita membeli sesuatu, kita tidak hanya membeli hal itu, namun juga membeli waktu kita.
No Responses